Komisi IX: Puskesmas di Kaltim Minim Fasilitas

09-10-2021 / KOMISI IX
Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto saat pertemuan Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi IX DPR RI dengan Wakil Gubernur Kaltim beserta jajaran di Kantor Gubernur Kaltim, Samarinda, Jumat (8/10/2021). Foto: Andri

 

Komisi IX DPR RI mendapati informasi, dari 50 puskesmas yang ada di Kalimantan Timur, hanya 13 puskesmas yang memenuhi syarat. Padahal layanan kesehatan primer itu yang mampu meng-cover kesehatan bagi masyarakat di daerah perbatasan, pedalaman dan pedesaan. Ini menjadi persoalan sektor kesehatan yang mendasar di Kaltim. Sejalan dengan transformasi kesehatan nasional yang digagas Kementerian Kesehatan, maka membenahi puskesmas harus menjadi konsentrasi di hulu.

 

Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto mengatakan, puskesmas harus diperkuat dan diperbaiki mulai dari sumber daya manusianya dan pelayanan kesehatannya, karena pelayanan kesehatan yang paling awal dan paling dekat dengan masyarakat adalah puskesmas. Edy menegaskan, hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dan Pemerintah Provinsi Kaltim, jika ingin pelayanan kesehatannya bagus.

 

“Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat yang ada di Kaltim, dalam hal ini pelayanan puskesmas harus dibenahi dan fasilitasnya di penuhi. Saya berharap Kemenkes untuk menambah anggaran bagi puskesmas. Untuk nakesnya kan masih banyak yang belum ASN dan tidak mempunyai status kepegawaian yang jelas, saya berharap diusulkan untuk menjadi PPPK agar mempunyai status yang jelas,” harap Edy saat pertemuan Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi IX DPR RI dengan Wakil Gubernur Kaltim beserta jajaran di Kantor Gubernur Kaltim, Samarinda, Jumat (8/10/2021).

 

Di sisi lain, terkait dengan insentif nakes, politisi PDI-Perjuangan ini mengatakan, keluhan pemerintah Kaltim soal insentif untuk penjaga kamar mayat dan petugas kebersihan limbah Covid-19 berasal dari pemerintah pusat tidak ada aturannya mengenai insentif itu. “Di sini, jika pemerintah provinsi mampu tentunya ditanggung oleh pemerintah provinsi, kabupaten dan kota,” imbuh legislator dapil Jawa Tengah III tersebut.

 

Sementara untuk vaksin Covid-19, diakui Edy, stok nasionalnya memang terbatas. Maka menurutnya ini harus menjadi perhatian Kemenkes. “Meskipun jumlah penduduk yang di vaksin di negara kita sudah urutan kelima dunia, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah memberi izin vaksin baru dari Cina, mudah-mudahan bisa menambah kecepatan jumlah vaksin yang ada di Indonesia,” harap Edy. (man/sof)

BERITA TERKAIT
Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Komisi IX Minta Masyarakat Tak Panik
10-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh mengapresiasi langkah cepat Kementerian Kesehatan terkait ditemukannya virus Human...
Dukung MBG, Kurniasih: Sudah Ada Ekosistem dan Ahli Gizi yang Mendampingi
07-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati, menyatakan dukungannya terhadap implementasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang...
Nurhadi Tegaskan Perlunya Pengawasan Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis
07-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi, menegaskan komitmennya untuk mengawal pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang...
Dukung Program MBG, Legislator Tekankan Pentingnya Keberlanjutan dan Pengawasan
07-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta – Pemerintah secara resmi meluncurkan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) pada 6 Januari 2025 di 26 provinsi. Program...